Headlines News :
Home » » Bangun Indonesia dengan CINTA, Cintai Indonesia dengan Amal

Bangun Indonesia dengan CINTA, Cintai Indonesia dengan Amal

Written By blog contoh saja on Jumat, 10 Agustus 2012 | 21.24

Surat Cinta Untuk Kader-Kader Bangsa,
Terkhusus untuk semua Pejuang se-Pergerakan KAMMI tercinta...

            Anda boleh sepakat atau tidak dengan saya, namun ya, saya akan mencoba untuk memaparkan hasil perenungan dan refleksi saya tentang bagaimana kita akan membangun dan memperbaiki bangsa ini. Mungkin utopis, atau mungkin melankolis, dan mungkin terkesan seperti seorang yang seporadis, setelah frustastasi karena kehabisan cara. Tapi lagi-lagi saya ingin mencoba memaparkan apa adanya –tentang cinta dan indonesia- setelah berbagai jargon perubahan, reformasi, atau revolusi kandas, dan hanya menjadi medan kata-kata saja dalam konteks perbaikan bangsa. Dan saya rasa saat ini menjadi momentum yang tepat bagi kita untuk bersama-sama merefleksikan masalah kebangsaan dan ke-Indonesiaan kita.

            CINTA, inilah mungkin kata terakhir yang bisa menyelamatkan bangsa ini. Betapa tidak, cinta memiliki makna yang dalam bagi sebagian orang –dan banyak orang yang meng-iyakan demikian-. Dan dengan energi cinta inilah, seseorang biasanya akan memiliki daya dobrak yang luar biasa untuk melakukan sesuatu. Asam di gunung dan garam di laut pun akan bertemu atas dasar cinta –demikian kata pujangga amatir penggiat sajak-sajak cinta-, tapi ya memang demikianlah adanya. Malas, capek, dingin, suntuk, -dan sederetan kata-kata yang lain yang tidak meng-enak-kan jiwa dan raga- akan hilang seketika dan berubah menjadi energi kebangkitan, karena energi cinta. Atas dasar cinta juga, Napoleon Bonaparte bertekuk lutut dengan wanita-wanita yang ia cintai. Dan atas dasar cinta pula, Datuk Khalid, seorang milyader di Malaysia bersedia menghambur-hamburkan jutaan dollar yang selama ini ditumpuk, untuk sebuah pesta pernikahannya dengan artis cantik negri jiran, Siti Nur Haliza. Demikianlah, seringkali energi cinta berbanding lurus dengan dengan semangat pengorbanan.  Namun yang menjadi masalah adalah, mengapa ketika kita berbicara tentang cinta selalu saja identik dengan wanita. Nah, pada kesempatan ini saya akan mencoba mengajak untuk memaparkan tentang cinta dan semangat kebangsaan kita. 

            Berbicara mengenai Indonesia, tentu yang akan tergambar dalam benak kita adalah sederetan masalah kebangsaan, kemanusiaan, kesejahteraan, dan keadilan yang carut marut, sampai kita juga malas memikirkannya. Dan demikianlah adanya, semangat untuk memikirkan dan peduli kepada bangsa ini sudah layu dan menggerogoti sebagian besar rakyat Indonesia sendiri di semua level. Masing-masing hanya memikirkan bagaimana dirinya bisa survive, dan bagi mereka yang sudah sudah bisa survive semangat berikutnya adalah semangat untuk menguasai –untuk kepentingan diri sendiri-. 

Kita bisa menyaksikan fenomena ini dengan sangat gamblang, ketika kita mencoba untuk berbicara dengan rayat kecil yang senantiasa tertindas, mereka sudah tidak mau memikirkan kenapa dan siapa yang sebenarnya selama ini menindasnya. Padahal kita tahu, kemiskinan yang terjadi di negri ini sebenarnya adalah kemiskinan struktural yang memang dibuat dan dibiarkan oleh sebagian orang. Tapi saat ini ’rakyat’ sudah tak acuh lagi dengan persoalan itu.  Ini bisa terlihat ketika kita kita bertanya kepada mereka tentang harapan untuk bangsa dan negara ini, mereka pasti akan menjawab dengan serempak, yang penting saya bisa makan setiap hari, -cukup-. Tidak ada lagi harapan dari mereka untuk negara agar mereka bisa mengayomi kehidupan mereka. Atau yang lebih ekstrem adalah ketika saya bertemu dengan salah seorang aktivis gerkan di Solo ini. Dia mengatakan, mungkin saat ini sudah tidak perlu lagi ada negara. Karena kita bisa menyaksikan setiap hari secara kasat mata, kenapa para gepeng, pengemis, dan glandangan selalu ada dari tahun ke tahun, seakan tidak pernah ada penanganan dari negara. Dia merasakan ada dan tidak adanya negara sama saja. Tidak adalagi tempat bagi rakyat untuk bernaung.

Saya tidak sedang ’ber-genit-ria’ yang sedikit-sedikit menyalahkan pemerintah atau negara. Karena kalau kita renungkan dengan sebenarnya, sebenarnya semua pihak telah menanamkan investasi kerusakan dinamika kebangsaan kita. Mulai dari pemerintah, eksekutif, legislatif, politisi, hakim, polisi, tokoh masyarakat, peengusaha dan rakyat itu sendiri. Masing-masing telah menanam investasi kerusakan tersebut. Untuk kasus pemerintah, politisi, atau pengusaha, sudah banyak dan sering kita dengan cerita-cerita kebengisan dan penghianatannya pada bangsa ini. Namun tidak hanya mereka, rakyat pun juga telah menanam benih kerusakan negri ini. Betapa banyak hutan yang rusak karena ilegal loging. Betapa sering setiap hari kita jumpai lingkungan yang kumuh, penuh sampah, hunian liar, dll. Kalau seperti ini siapa yang bersalah?? Pemerintah atau pak hakim? Tentu tidak, Jadi saya ingin meluaskan konteks kerusakan pada bangsa ini dalam konteks yang lebih luas. Adhiyaksa Dault menyebutkan bahwa prilaku masyarakat yang tidak mencintai lingkungan itu merupakan salah satu wujud tidak dimilikinya rasa nasionalisme seseorang atau tidak dimikinya rasa cinta bangsa ini terhadap tanah airnya.

Terus apakah kita lantas hanya akan berpangku tangan menyadari negri kita yang demikian? Tentu tidak! Dan banyak orang juga sudah yang berbicara, berkomentar, dan meneriakkan berbagaimacam jargon-jargon. Namun kenapa kondisi tetap demikian. Nah, kali ini penulis akan mencoba memberikan solusi dari berbagai masalah yang ada dalam bangsa ini. Ketika jargon-jargon perubahan-reformasi dan revolusi tidak mempan lagi untuk memperbaiki bangsa ini. Maka kita harus mencari resep baru perbaikan bangsa dan umat ini!

CINTA. Inilah mungkin resep mujarap yang bisa mengobati sakitnya bangsa ini. Dengan cinta inilah kiranya semua pihak akan bisa tergerak. Tergerak untuk saling menolong, tergerak untuk saling peduli, tergerak untuk bersama-sama dalam satu gerakan bersama –perbaikan bangsa-. Karena dengan cinta ini seseorang terdorong untuk menyayangi, merawat, dan saling mengasihi.Rasa itulah yang saat ini harus ditumbuhkan lagi pada semua level bangsa ini. Cinta keapada sesama, sehingga semua orang akan terdorong untuk saling membantu, dan tidak ada lagi pejabat yang korupsi memakan uang rakyat, karena cinta nya kepada sesama. Mereka yang bekerja pada bidang pekerjaannya masing-masing pun akan bekerja dengan tulus, dengan semangat untuk melayani dan membangun. Cinta kepada lingkungan, -bumi Indonesia yang saat ini kita tempati-, sehingga tidak ada yang menebang pohon sembarangan, tidak ada lagi yang membuang sampah di semarang tempat, tidak ada yang mengotori sungai, dsb. Cinta kepada Identitas bangsa, sehingga semuanya 'pede' dengan budaya kita dan tidak terjerumus kepada budaya asing yang seringkali memberikan pengaruh negatif kepada kita. Cinta kepada produk-produk dalam negri, sehingga kita akan mengutamakan membeli produk dalam negri dari pada produk-produk impor. Pokoknya cinta-cinta dan cinta kepada bangsa ini, kepada Indonesia kita, merah putih nya, tumpah darahnya. Orang sering menyebut cinta kepada bangsa dengan istilah Nasionalisme. Sehinga virus nasionalis ini yang perlu kita sebarkan segera. Mendesak, dan sangat mendesak...!!!

NASIONALISME, cinta terhadap bangsa dan tanah air: inilah mungkin resep mujarap dari ramuan cinta yang bisa mengobati sakitnya bangsa ini. Inilah kiranya sikap yang perlu ditumbuhkan kembali pada bangsa ini-pada semua level. Pejabat, rakyat, pemuda, tokoh masyarakat, hakim, guru, aparat desa, polisi, pengusaha, karyawan: rasanya semuanya perlu mencoba ramuan ini. Kenapa demikian, karena dengan spirit nasionalisme inilah bangsa ini bisa bersatu, karena dengan spirit nasionalisme inilah pejuang-pejuang terdahulu bisa menyatukan barisan mengusir penjajah, karena dengan spirit nasionalisme inilah Bung Karno bisa memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, dengan segala harapannya saat ini, -memperoleh kemerdekaan sejati-.

Nah, kalu begitu saatnya sekarang  kita bisa menggunakan senjata nasionalieme untuk mengusir penjajah kita saat ini yang banyak menyengsarakan rakyat. Sudah saatnya kita harus menumpas kemiskinan, sudah saatnya kita menghadang laju kebodohan, sudah saatnya kita melawan korupsi, sudah saatnya kita menegakkan supremasi hukum yang memberikan keadilan bagi rakyatnya, sudah saatnya kita wujudnkan kesejahteraan rakyat yang akan memakmurkan bangsa, dengan semangat nasionalisme...!!

NASIONALISME-ISLAM. Yang menjadi pertanyaan kita selanju
tnya adalah, sebagai seorang muslim bagaimana kita akan memandang nasionaliseme dalam konteks Islam. Apakah nasionalisme bertentangan dengan prinsip Islam? Sebelum saya memaparkan lebih banyak tentang hal ini, sebenarnya saya tidak ingin banyak terjebak pada wilayah dialektika pada ruang-ruang epistimologi tentang nasionalisme islam itu sendiri. Sebagaimana Hasan Al Banna ketika memaparkan pandangannya terhadap maslah Islam dan politik, Islam dan negara, Islam dan demokrasi, atau Islam  dan nasionalieme itu sendiri. Hasan Al Banna menyatakan bahwa politik adalah bagian integral dari Islam itu sendiri, sekalipun beberapa kalangan menyebutkan bahwa politik itu adalah hal yang bersinggungan dengan masalah kekuasaan dan perebutan kekuasaan, bahkan mereka menyebutkan bahwa politik itu kotor. Tetapi Al Banna memiliki pemikiran yang berbeda. Bahwa politik dalam Islam adalah segala daya dan upaya yang berujung pada kemaslahatan umat. Dalam kesempatan lain Al Banna juga menyampaikan, kalau aktivitas yang dilakukan untuk kemaslahatan itu dikatakan aktivitas politik, ya itulah politik kami. Dan jika orang-orang yang bekerja untuk kemaslahatan umat itu disebut politikus, ya kita-lah politikus itu. Bisa kita simpulkan, jika orang-orang yang berkomitmen pada perbaikanbangsa ini disebut sebagai nasionalis, ya kitalah nasionalis itu. 

Semangat nasionalisme ini menurut hemat penulis tidak bertentangan dengan nilai dan ajaran Islam. Memang betul, konsep nasionalisme Islam adalah nasionalisme aqidah, dan bukan nasionalisme sempit yang dibatasi ruang dan waktu geografis. Dalam artian dimana ada seorang yang menyatakan laillahailallah maka disitulah tanah air kita. Itulah konsep nasionalisme Islam.Nasionalisme Islam bukanlah jargon yang kering dan tanpa ruh. Namun nasionalisme Islam dilandasi atas kesatuan aqidah, yang dengannya akan menumbuhkan ukhuwah dan kebersamaan. 

Namun, bukan berarti kita tidak diperbolehkan untuk mencintai tanah air, dalam pengertian secara geografis. Bilal bin Rabah ketika ada di Madinah dan sudah lama meningggalkan tanah kelahirannya yang ia cintai pernah menyenandungkan syair-syair untuk tanah kelahirannya: Mekah. Dan Rasulullah pun tidak melarang apa yang dilakukan oleh Bilal. Demikian juga yang disampaikan oleh Al Banna, bahwa mencintai tanah air, tanah kelahiran kita adalah hal yang fitrah kita sebagai seorang manusia. Namun prinsip yang terpenting adalah kita tidak hanya menganggap tanah air kita hanya tanah kelahiran kita, tapi tanah air kita adalah setiap jengkal tanah yang dikumandangkan kalimat  Allah. Dan kita pun wajib membela dan mempertahankannya.

Demikianlah kiranya, namun sekali lagi yang ingin saya tekankan adalah, bukanlah jargon kering dan tidak ada penghayatan ruh disana. Tetapi pada hakikatnya, semangat yang kita bangun adalah semangat perbaikan, dengan semangat cinta terhdap tanah air kita. Sehingga bisa ditegakkan segala hal yang berkaitan dengan kemaslahatan umat yang dilandasi rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air nya, itulah Nasionalisme. Sehingga akan terjadi kesadaran bersama untuk bergerak dalam satu gerakan –Gerakan Perbaikan-. Perbaikan dalam semua aspek kehidupan, perbaikan di sektor moralitas, sehingga tidak ada lagi pejabat yang korupsi, perbaikan ekonomi sehingga tercipta kesejahteraan, perbaikan di sektor hukum sehingga tercipta supremasi hukum dan keadilan. Sekali lagi, mari kita bangun Indonesia ini dengan cinta, dan cintailah Indonesia dengan amal.
 
Syamsul Bahri / Sekjend KAMMI WILAYAH JAWA TENGAH

Sumber : http://kammijateng.org/opini/read/bangun-indonesia-dengan-cinta-cintai-indonesia-dengan-amal/
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Template Design by Creating Website Published by Mas Template